Rabu lalu komunitas Eden diobrak-abrik warga dan para pengikutnya dievakuasi polisi. Komunitas sesat itu dipimpin Lia Aminuddin, yang mengaku sebagai malaikat Jibril. Mengapa Lia tak pernah kapok meski sering diingatkan?
BAHARI, Jakarta RUMAH berlantai dua di Jalan Mahoni, 30 Bungur, Senen, Jakarta Pusat, itu kini menjadi tontonan warga sekitarnya. Perhatian warga tersebut terkait kejadian Rabu sore lalu. Saat itu, 48 jamaah pengikuti Lia Aminuddin yang mengklaim sebagai komunitas Eden diangkut paksa petugas kejaksaan ke Polda Metro Jaya.
Sangir, staf di Kelurahan Bungur yang ikut sibuk dalam evakuasi, menceritakan bahwa saat peristiwa itu terjadi, Lia sempat meronta. Dia tak mau dievakuasi. "Saat dibawa masuk bus, Lia berontak, lalu lari masuk ke rumahnya lagi. Tapi, petugas memaksa dia naik bus lagi," tuturnya.
Ulah Lia itu memancing kemarahan warga yang sudah mengepung sejak siang. "Ada yang berteriak serbu! Hancurkan rumah! Beruntung, petugas cepat mengevakuasi," kata Sangir kepada Jawa Pos.
Dilihat dari luar, arsitektur rumah Lia yang menempati lahan 12 meter x 27 meter berbeda dengan rumah warga sekitarnya. Pintu masuk kecil untuk tamu di halaman rumah, misalnya, diapit semacam pura. Di teras lantai dua berjejer lampion. Atap segitiga di depan rumah dibentuk menyerupai pola lukisan gereja yang terbuat dari kaca. Di sana ada tulisan God's Kingdom Eden.
Di kedua pojok halaman berdiri tiang pancang setinggi 10 meter. Menurut rencana, di atas kedua pancang tersebut dibangun stupa (baca simbol agama Buddha). Di bawahnya dibangun lambang salib (simbol agama Kristen) dan di bawahnya lagi ada hiasan kaligrafi huruf Arab (simbol agama Islam). "Rupanya Lia Aminuddin ingin menunjukkan rumahnya menjadi tempat ibadah semua pemeluk agama. Itu kan tidak benar," ungkap Sangir.
Bahkan, menurut dia, rumah Lia tidak dilengkapi IMB (izin mendirikan bangunan). Saat ditanyakan pihak Kelurahan Bungur, apa jawaban Lia? "Jangankan kelurahan, presiden pun tidak berhak mencampuri urusan kami (baca komunitas Eden). Hanya Tuhan yang berhak mengatur kami," jawab Lia dalam suratnya ke Kelurahan Bungur, seperti ditirukan Sangir. Di dalam komunitas Eden itu Lia mengaku sebagai Imam Mahdi dan malaikat Jibril Ruhul Kudus.
Bagaimana kondisi isi rumah Lia yang menjadi pusat aktivitas komunitas Eden? "Sangat fantastis. Semua perabotan rumah sangat mewah. Terbuat dari barang mahal. Mulai kursi, meja tamu, dan sofa. Tak hanya itu. Rumahnya juga dilengkapi peralatan kantor dan elektronik merek terkenal. Laptopnya saja saya lihat ada tiga unit," tuturnya.
"Belum lagi beberapa komputer, mesin faksimile, printer, TV, hingga handycam pun ada. Saya sampai kaget begitu masuk rumahnya," paparnya. Sangir bisa menceritakan itu semua karena dia ikut menemani petugas mendata harta milik komunitas Eden.
Rumah Lia juga dilengkapi sumur yang menggunakan bahan antikarat, yang harganya tak murah. Air sumur itulahlah yang oleh Lia dan kelompoknya diklaim sebagai air suci zamzam. Lia juga membangun sebuah kolam yang di tengahnya terdapat tempat duduk. Saat acara ritual, Lia duduk di tengah kolam, dikelilingi anggotanya. Mirip ritual dalam sebuah kerajaan. Tak hanya itu. Lia juga punya singgasana, lengkap dengan tongkat kebesarannya. "Hampir semua ruangan disulap menjadi ruangan santai yang dilengkapi AC. Suasana di dalam rumah itu benar-benar nyaman," aku Sangir.
Keberadaan Lia dan kelompoknya tak hanya kali ini saja diusik masyarakat sekitarnya. Pada 1999, Lia dan kelompoknya -masih bernama Yayasan Salamullah- juga dipersoalkan masyarakat. Sebab, Lia mengaku sebagai malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu Allah. Tapi, saat itu tidak berlanjut ke pengusiran kelompok Lia seperti yang terjadi sekarang.
Bahkan, saat itu Jawa Pos sempat bertandang ke rumah Lia untuk wawancara. Hanya, Lia tidak mau menemui dengan alasan masih dipingit karena baru saja menerima wahyu. Dua stafnya menemui Jawa Pos dan menjelaskan ihwal aktivitas Yayasan Salamullah. Di antaranya, kelompok Salamullah aktif menyadarkan para dukun dan meluruskan kelompok aliran sesat. Kelompok Lia saat itu juga berani menantang Nyi Roro Kidul yang dianggap sumber syirik. Rumah Lia saat itu tidak sebagus sekarang. Saat itu, rumahnya belum bertingkat. Di halaman depan ada kios wartel.
Lantas, apa yang membuat masyarakat di sekitarnya resah? Mengapa aliran yang dikembangkan Lia itu dinilai menyimpang dari ajaran Islam? "Lia mengaku kepada warga maupun lewat surat selebaran, dia adalah Jibril Ruhul Kudus alias malaikat Jibril. Ini kan sudah sesat," ujar Haji Abdurrahman, pengurus Masjid Darussalam, Bungur, Senen, Jakarta Pusat, kepada Jawa Pos.
Tak hanya itu. Lia juga mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin yang dijanjikan akan muncul menjelang hari Kiamat. Karena itu, Lia pun membaiat Ahmad Mukti, salah seorang di antara empat anaknya, menjadi Nabi Isa. "Ini kan sudah gila. Masak orang bisa mengangkat anaknya menjadi Nabi Isa. Mana ada orang waras percaya itu," aku Abdurrahman terheran-heran.
Aktivitas Lia yang mengklaim komunitas Eden dinilai nyleneh. Sebab, pengikutnya tak hanya dari kalangan orang Islam, tapi juga ada Kristen, Hindu, Buddha, maupun pemeluk agama lain. Dalam setia pertemuan, mereka membahas soal akidah dan kepercayaan. "Bagaimana bisa nyambung. Jadi, tidak masuk akal," ungkapnya.
Kejanggalan yang lain, lanjut Abdurrahman, setiap mengaku mendapat wahyu dari Tuhan, Lia langsung menyampaikan ke warga sekitarnya lewat selebaran. Misalnya, saat kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) lalu, Lia lewat selebaran meminta warga Bungur dan sekitarnya tidak keluar rumah. Itu wahyu yang diterima dari Tuhan. Alasannya, untuk menjaga keselamatan warga karena akan ada kerusuhan besar.
Lain lagi saat musim hujan, puluhan pengikut Lia berkeliling kampung dari RT ke RT sebanyak tujuh kali. Tujuannya, menghindarkan kampung sekitar rumah Lia dari bahaya banjir. "Kami warga di sini menilai tindakan itu tidak masuk akal. Bahkan, keliling kampung sebanyak tujuh kali itu mereka anggap menyerupai tawaf, keliling Ka'bah. Ini kan aneh," ungkapnya.
Meski Lia dan sebagian besar pengikutinya mengaku pemeluk Islam, lanjut Abdurrahman, mereka tak pernah melakukan salat sebagaimana kewajiban umat muslim. Begitu juga kewajiban yang lain. Tapi, saat Idul Fitri, mereka ikut merayakan. Saat Natal dan hari-hari besar agama yang lain, kelompok Lia juga ikut merayakan. "Ini kan aneh," ungkapnya.
Tak hanya itu, kelompok Lia sangat eksklusif, tertutup dari warga sekitarnya. Tak heran jika komunitas Eden umumnya berasal dari luar Bungur, domisili Lia, sang pemimpin sekte. Kelompok Lia jika bertemu sesama pengikutnya atau warga Bugur punya salam khas. Bukan assalamualaikum, tapi diganti salamullah. Warga yang tahu pun protes. Sejak itu, mereka tak menggunakan lagi kata salam salamullah. "Saya sendiri sering ingin bertemu dengan Lia untuk menyadarkan dan mengajak diskusi. Tapi, tak pernah ditanggapi. Kata stafnya, Lia masih dipingit karena baru menerima wahyu Tuhan. Selalu itu alasan yang mereka sampaikan," tuturnya. "Bahkan, kalau ditanya lebih lanjut, staf tadi menyilakan saya membaca brosur yang dibuat komunitas Eden. Jadi, mereka selalu menghindar kalau ditanya lebih dalam," tambah Abdurrahman.
Puncak kejengkelan warga terjadi saat akan digelar tablig Akbar yang akan membahas kesesatan kelompok komunitas Eden. Lia sebagai pimpinan komunitas berang. Lia pun membuat surat edaran yang ditujukan kepada warga, ulama, dan pengurus masjid sekitar Bungur. Surat itu tertanggal 25 Desember 2005. Intinya, Lia mengancam para tokoh masyarakat yang akan membicarakan kesesatan Lia dan kelompoknya. "Akulah Jibril, Hakim Allah pembawa wahyu Allah. Kalau kau teruskan niatmu, aku akan mencabut nyawamu. Akulah yang berhak menghukum penentang kerajaan Tuhan," ancam Jibril Ruhul Kudus alias Lia Aminuddin dalam surat selebaran yang diterima warga.
Kemarahan warga Bungur pun mencapai puncaknya. Senin, 26 Desember 2005, semua tokoh warga Bungur dan pengurus masjid berkumpul di Kantor Kelurahan Bungur. Ada juga petugas dari kepolisian. Saat itu, warga mendesak aparat menutup dan membubarkan komunitas Eden yang dinilai sesat. Hadir dalam pertemuan itu wakil dari komunitas Eden yang minta waktu sebulan. Tapi, warga menolak. Akhirnya dicari jalan tengah, penutupan akan dilakukan seminggu kemudian.
Untuk mencegah tindakan anarkis warga, wali kota Jakarta Pusat mengundang warga dan tokoh masyarakat Bungur. Di luar dugaan, justru kesempatan itu digunakan warga mendesak wali kota segera menutup dan membubarkan komunitas Eden yang dinilai sesat.
Tapi, wali kota mengaku tidak punya hak karena itu kewenangan kejaksaan. Meskipun, pembangunan rumah Lia tak dilengkapi IMB. Akhirnya, Rabu sore lalu, aparat kejaksaan datang ke rumah tersebut untuk mengevakuasi pengikut Lia, sekaligus menghindarkan amukan warga. "Seharusnya pemerintah menutup tempat itu sejak lama karena MUI sudah mengeluarkan fatwa ajaran Lia Aminuddin sesat," terang Abdurrahman.
MUI melalui Ketua Umum MUI yang saat itu dijabat KH Hasan Basri sudah mengeluarkan fatwa MUI tertanggal 22 Desember 1997. Isinya, aliran Lia Aminuddin sesat. "Bukannya bertobat, Lia ganti mengutuk ketua MUI menjadi monyet. Ini kan namanya tidak waras," ungkapnya.
Meski begitu, Lia bergeming. Dia terus mengembangkan ajaranya melalui Yayasan Salamullah. Bahkan, melalui buku dan selebarannya, Lia meminta MUI yang ganti bertobat. Anehnya, pengikut Lia terus berkembang. Bahkan, dia sempat mendirikan cabang Salamullah di Cisarua, Puncak. Tapi, pada 2003, masyarakat sekitar membubarkan secara paksa kelompok Lia. Sejak itu, aktivitas kelompok Lia kembali berpusat di Bungur.
Bahkan, pada 2003, Lia bercerai dengan suaminya yang mantan anggota TNI-AU. Sejak itu, Lia tak hanya mengaku menjadi istri malaikat Jibril. Tapi, akhirnya dia mengklaim sebagai malaikat Jibril dan Imam Mahdi. "Sejak itu, Lia tak mau disebut pengikutnya sebagai Lia Aminuddin, tapi Lia Eden karena Yayasan Salamullah sudah berubah nama menjadi komunitas Eden," terang Abdurrahman.