Kesesatan Padepokan Thaha – Padepokan Esa

Pada beberapa milis, pernah ada pertanyaan tentang eksistensi PADEPOKAN THAHA sebuah komunitas pengajian eksklusif yang mengambil tempat sebagai markaznya berupa sebuah rumah besar berwarna abu-abu, yang lokasinya tepat berada di seberang Pompa Bensin jalan Senopati – jalan Suryo, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Komunitas pengajian ini konon dipimpin oleh seseorang yang disapa dengan sebutan Ustadz Rachmat.
Beberapa members swaramuslim.net yang pernah mengikuti pengajian ini, antara lain melaporkan bahwa selain belajar mengaji juga ada pelatihan-pelatihan spiritual yang disebut dengan TAWAJJUH. Istilah TAWAJJUH adalah prosesi untuk acara bertemu tuhan. Entah tuhan yang mana.
Dari hasil investigasi beberapa members swaramuslim.net, members sabili.com menemukan beberapa penyimpangan akidah yaitu:
1. Menyamakan tawajjuh dengan yoni yoga dalam agama buddha dan hindu. Padahal istilah tawajjuh adalah erat kaitannya dengan sholat fardhu. Tentang yoga ini para ulama’ sepakat berpendapat haram hukumnya umat Islam melakukan yoga. Karena yoga adalah cata beribadah agama Hindu dan Budha.
2. Proses tawajjuh dibuat bisnis, peserta harus membayar Rp 500.000,-. Ini suatu kesesatan yang nyata menjual ketemu tuhan dengan rupiah.
3. Warga padepokan Thaha, Baros, Esa, dan yang tersebar di beberapa daerah memakai al-Qur’an yang diterbitkan oleh Ahmadiyah. Padahal Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan.
4. Mempercayai Pembagian Cahaya menjadi 3 macam yaitu Nur Allah, Nur Muhammad, Nur Insani. Ketika proses sebelum tawajjuh. Mursyid menerangkan bahwa Nur Allah sama dengan tuhan bapa , Nur Muhammad sama dengan tuhan anak dan Nur Insani sama dengan roh Kudus. Berarti di Padepokan thaha diajarkan trinitas islam. Padahal menurut Islam haram hukumnya umat Islam meyakini trinitas. (pernah di muat di majalah sabili September 2005)
5. Murid-murid diajarkan doa yang isinya membalik surat al-fatihah dan menambahkannya dengan kalimat lain. Dalam Islam haram hukumnya menambah-nambah dan merubah al-qur’an. Dan setiap meminta doa, mereka harus membayar fidyah (tebusan doa).
Maka masyarakat Islam Banten kemudian menyerbu markas padepokan ini. Wal hasil sebuah pondok pesantren di Baros, Serang, Banten, dirusak dan dibakar massa karena dituduh menyebarkan ajaran yang menyesatkan.
Seluruh kaca pada bangunan berlantai dua di pondok pesantren itu hancur. Sejumlah ruangan dan beberapa sepeda motor ludes dibakar api, Kamis (13/12/2007).
Tak hanya itu, ratusan orang yang menyerang pondok pesantren ini juga membakar sejumlah dokumen dan kitab yang ada di dalam pesantren.
Menurut Adah, warga setempat, massa yang berjumlah 10.000 orang tersebut dan belum diketahui identitasnya itu datang menggunakan puluhan kendaraan. Mereka langsung menyerang pesantren dengan menggunakan berbagai senjata. Beruntung, seluruh penghuni pesantren tidak menjadi korban karena telah dievakuasi petugas kepolisan sebelumnya.
Penyerangan terhadap pesantren asuhan Ustad Nur Sahidin (murid kepercayaan Rahmat Hidayat, Guru Padepokan Thaha) itu diduga dilatarbelakangi karena Nur Syahidin dan gurunya mengajarkan aliran sesat dan menyesatkan.
"Ada ritual yang kerap digelar pada hari tertentu," jelas Adah.
Kapolres Serang AKBP Lilik Heri menganggap tindakan penyerangan dan pengerusakan tersebut adalah wajar. Karena memang terbukti Nur Syahidin dan gurunya mengajarkan aliran sesat dan menodai Islam. Bahkan Majelis Ulama Indonesia di Banten sedang mempersiapkan fatwa sesat terhadap pesantren dan beberapa padepokan miliki guru itu," jelasnya.
Majelis Ulama Indonesia, Polda Metro Jaya dan Kejaksaan Republik Indonesia bersama-sama organisasi Islam yang lain akan tetap mengawasi padepokan thaha dan cabang-cabangnya yang tersebar di Bandung. (sumber data: okezone.com ; inilah.com ; detik.com. majalah sabili, swaramuslim.com)